Strategi penerjemahan yang dimaksud disini adalah taktik penerjemah yang dilakukan oleh Jasa Penerjemah untuk menerjemahkan kata atau kelompok kata, atau mungkin kalimat penuh bila kalimat tersebut bisa dipecah lagi menjadi unit yang lebih kecil untuk diterjemahkan. Dalam literatur tentang terjemahan, strategi penerjemahan disebut prosedur penerjemahan (translation procedures). Kata prosedur berarti urutan yang formal. Oleh karena itu kata strategi dipilih profesi penerjemah untuk digunakan di sini.
Strategi Penerjemahan
Prinsip-prinsip terjemahan adalah acuan umum. Ragam atau metode terjemahan adalah petunjuk teknis yang masih umum juga, yang hendaknya dipertimbangkan pada level keseluruhan teks atau wacana. Sedangkan tuntunan teknis untuk menerjemahkan frase demi frase atau kalimat demi kalimat disebut teknik penerjemahan atau strategi penerjemah.
Beberapa alasan mengapa strategi penerjemahan diterapkan oleh Jasa Penerjemah dalam menerjemahkan diantaranya bahwa, dalam menerjemah merupakan kegiatan memahami dan mentransfer pesan dengan segala hal yang melingkupinya, seperti budaya, ideologi atau jalan pikiran dan kebiasaan penulis bahasa sumber. Sesuatu yang tidak mudah di lakukan dalam menerjemahkan apabila kita berhadapan dengan nuansa buaya yang sama sekali berbeda dengan bahasa sasaran. Inilah kesalahan besar yang sering diungkapkan orang bahwa pekerjaan menerjemah itu sebuah pekerjaan mudah.
Justru sebaliknya, bahwa tugas menerjemah adalah tugas yang sangat berat. Karena terlalu beratnya, ada sejumlah pakar yang mengatakan bahwa menerjemah sesuatu pekerjaan yang tidak mungkin bisa dilakukan karena dua budaya yang saling berbeda. Seandainya bisa dilakukan pekerjaan tersebut sebagai tugas kanibal yang memiliki resiko tinggi. Namun demikian, sesuatu yang tidak bisa kita pungkiri vahwa aktivitas penerjemah ada lah sesuatu pekerjaan yang sudah dilakukan manusia se menjak jaman dahulu.Ini berarti pendapat yang menga takan penerjemahan tidak mungkin nampaknya tidak ter bukti benar seluruhnya.
Berikut adalah beberapa strategi penerjemahan yang dibagi menjadi dua jenis utama. Pertama adalah strategi penerjemahan yang berkenaan dengan struktur kalimat. Strategi-strategi ini sebagian besar bersifat wajib dilakukan karena kalau tidak hasil terjemahannya akan tidak diterima (acceptable) secara structural di dalam BSa, atau mungkin sekali tidak wajar. Jenis kedua strategi yang langsung terkait dengna makna kata atau kalimat yang sedang diterjemahkan.

A. Strategi Struktural
Ada tiga strategi dasar yang berkenaan dengan masalah struktur, yaitu penambahan, pengurangan dan transposisi.
1. Penambahan (Addition)
Penambahan di sini adalah penambahan kata-kata di dalam BSa karena struktur BSa memang menghendaki Penambahan jenis ini bukanlah masalah pilhan tetapi suatu keharusan. Sebagai contoh perhatikan berikut ini:
Bsu: Saya guru, BSa: I am a teacher.
Di dalam contoh di atas, kata “am” dan “a” harus di tambahkan demi keberterimaan struktur BSa. Di dalam contoh berikut, kata “do” juga harus ditambahkan karena alasan yang sama.
Bsu: Saya tidak mengira kalau kamu bisa datang hari ini.
BSa: I do not except that you can come today.
2. Pengurangan (Subtraction)
Pengurangan artinya adanya pengurangan elemen structural di dalam BSa. Seperti halnya penambahan, pengurangan ini merupakan keharusan. Perhatikan contoh berikut.
Bsu: You should go home.
BSA: Kamu mesti pulang Bsu: Her husband is an engineer.
BSa: Suaminya insinyur
Di dalam contoh di atas kata elemen struktural yaitu kata kerja “go” dan “is an” dikurangkan dari BSa
3. (Transposition)
Strategi penerjemahan ini digunakan untuk menerjemahkan klausa atau kalimat. Berbeda dengan kedua stra tegi sebelumnya, transposisi bisa dipandang sebagai suatu keharusan atau sebagai pilihan. Transposisi adalah suatu keharusan apabila tanpa strategi ini makna Bsu tidak ter sampaikan. Transposisi menjadi pilihan apabila transposisi dilakukan karena alasan gaya bahasa saja. Artinya tanpa transposisi pun makna BSa sudah bisa diterima oleh pem baca teks BSa. Yang paling sering transposisi dilakukan ka rena alasan kedua ini.
Dengan strategi ini penerjemah mengubah struktur asli BSa di dalam kalimat BSa untuk mencapai efek yang padan. Pengubahan ini dilakukan jika terdapat perbedaan antara struktur Bsu dan BSa yang wajar. Pengubahan ini bisa pengubahan bentuk jamak ke bentuk tunggal, posisi kata sifat, sampai pengubahan struktur kalimat secara ke seluruhan (Newmark, 1988: 85; Rachmadie dkk, 1988: 1.36). Pemisahan satu kalimat Bsu menjadi dua kalimat BSa atau lebih, atau penggabungan dua kalimat Bsu atau lebih men jadi satu kalimat BSa juga termasuk di dalam strategi ini.
B. Strategi Semantis
Strategi semantis ini adalah strategi penerjemahan yang dilakukan jasa penerjemah dengan pertimbangan makna. Proses Strategi ini ada yang dioperasikan pada tataran kata, frase maupun klausa atau kalimat. Cara Strategi semantis terdiri dari strategi sebagai berikut:
1. Pungutan (Borrowing)
Pungutan adalah strategi penerjemahan yang mem bawa kata BSa ke dalam teks BSa. Penerjemah sekadar me mungut kata Bsu yang ada, dan karenanya strategi ini di sebut pungutan. Salah satu alasan digunakan strategi ini adalah untuk menunjukkan penghargaan terhadap kata kata tersebut. Alasan yang lain adalah belum ditemuinya padanan di dalam BS Pungutan bisa mencakup transli terasi dan naturalisasi. Transliterasi adalah strategi pener jemahan yang mempertahankan kata-kata Bsu tersebut se cara utuh, baik bunyi atau tulisannya.
Naturalisasi adalah kelanjutan dari transliterasi. Dengan naturalisasi kata-kata Bsu itu ucapan. dan penu lisannya disesuaikan dengan aturan bahasa BSa. Naturali sasi ini juga sering disebut dengan adaptasi.
Yang perlu ditambahkan lagi, naturalisasi atau adap tasi ini bisa juga menghasilkan kata BSa dengan makna yang berbeda dari makna kata Bsu-nya. Sebagai contoh adalah kata “ambition” dan “sentiment“. Di dalam bahasa Inggris kata “ambition” adalah kata yang berarti “cita cita yang kuat dan bersifat netral. Tetapi setelah dipungut menjadi bahasa Indonesia “ambisi”, kata ini berarti ke inginan untuk berkuasa, keinginan yang terlalu tinggi dan mengisyaratkan makna yang negatif. Demikian juga kata “sentiment” yang brarti ungkapan perasaan di dalam ba hasa Inggris, setelah dipungut ke dalam bahasa Indonesia ia mengalami gaya bahasa pejoratif. Artinya bukan lagi pengungkapan perasaan, tetapi “kebencian”.
Gejala seperti inilah yang disebut “faux amie”, atau teman palsu”, dua kata yang secara bentuk nyaris sama, tetapi maknanya tidak sama. Penerjemah seharusnya selalu waspada akan “teman palsu” ini. Lebih lanjut bisa dikatakan, bahwa strategi pungutan ini biasanya digunakan untuk kata-kata atau frase-frase yang berhubungan dengan nama orang, nama tempat, nama majalah, nama jurnal, gelar, nama lembaga, dan istilah-istilah pengetahuan yang belum ada di Bsu.
2. Padanan Budaya (Cultural Equivalent)
Dengan strategi ini penerjemah menggunakan kata khas dalam BSa untuk mengganti kata khas di dalam Bsu. Hal utama yang perlu diperhatikan adalah, kata yang khas budaya Bsu diganti dengan kata yang juga khas di dalam BSa. Oleh karena budaya dari suatu bahasa dengan budaya dari bahasa yang lain kemungkinan besar berbeda, maka kemungkinan besar strategi ini tidak bisa menjaga kete patan makna. Meskipun begitu, strategi ini bisa membuat kalimat dalam BSa menjadi mulus dan enak dibaca. Untuk teks yang bersifat umum, misalnya pengumuman atau pro paganda, strategi ini bisa digunakan karena pada umum nya pembaca BSa tidak begitu paham akan budaya Bsu (Newmark, 1988: 82-83).
Sebagai contoh, perhatikan kalimat atau kutipan:
Bsu: Minggu depan, Jaksa Agung Rahmadi akan berkunjung ke Jepang
BSa: Next week the Attorney General Rahmadi will visit jepang
Pada contoh di atas, Jaksa Agung diterjemahkan men jadi Attorney General di dalam bahasa Inggris (bukan Great General).
3. Padanan Deskriptif (Descritive Equivalent) dan Analisis Komponensial (Componential Analysis)
Seperti yang tercermin dalam namaya, padanan ini berusaha mendeskripsikan makna atau fungsi dari kata Bsu (Newmark, 1988 83-84). Strategi ini dilakukan karena kara Bsu tersebut sangat terkait dengan budaya khas Bsu dan penggunaan padanan budaya dirasa tidak bisa mem berikan derajat ketepatan yang dikehendaki. Sebagai con toh, kata “samura di dalam bahasa Jepang tidak bisa diter jemahkan dengan kaum hingsttott sajakalau teks yang ber sangkutan adalah teks yang menerangkan budaya Jepang. Untuk itu, padanan deskriptif harus digunakan. Kaum sa murai harus diterjemahkan menjadi aristocrat Jepang pada abad XI sampai XIX yang menjadi pegawai pemerintahan. Pa danan deskriptif ini seringkali ditempatkan menjadi satu dalam daftar kata-kata glossary.
lain yang sangat mirip dengan padanan des ini adalah analisis komponensial. Di sini sebuah kata Bsu diterjemahkan ke dalam BSa dengan cara memerinci komponen-komponen makna kata BSa dan sementara itu penerjemah menganggap bahwa pembaca perlu tahu arti yang sebenarnya. Bila padanan deskriptif digunakan un tuk menerjemahkan kata yang terkait budaya, maka ana lisis komponensial digunakan untuk menerjemahkan kata umum.
Bsu:Gadis itu menari dengan luwesnya.
BSa :The girl is dancing with great fluidity and grace.
Dengan strategi ini, “luwes” bisa diterjemahkan men jadi “bergerak dengan halus dan anggun” atau “ve with great fluidity and grace” di dalam bahasa Inggris.
4. Sinonim
Penerjemah bisa juga menggunakan kata BSa yang kurang lebih sama untuk kata-kata Bsu yang bersifat umum kalau enggan menggunakan analisis komponensial. Stra tegi ini diambil karena analisis komponensial dirasa bisa mengganggu alur kalimat BSa (Newmark, 1988: 83-84). Perhatikan contoh berikut:
Bsu: What a cute baby you’ve got!
BSa: Alangkah lucunya bayi anda!
Di dalam contoh “cute” diterjemahan menjadi “lucu”. “Cute” dan “lucu” hanyalah sinonim. “Cute” mengindi kasikan ukuran kecil, ketampanan atau kecantikan, dan daya tarik untuk diajak bermain. itu, “lucu” hanya menunjukkan bahwa anak tersebut menarik hati untuk di ajak bermain saja dan tentu juga menggemaskan.
5. Terjemahan Resmi
Strategi lain yang sering digunakan o0leh jasa penerjemah adalah terjemah an resmi yang telah dibakukan. Untuk itu, penerjemah yang mengerjakan naskah dari bahasa asing dalam bahasa In donesia perlu memiliki “Pedoman Pengindonesiaan Nama dan Kata Asing” yang dikeluarkan oleh Pusat Pengem bangan dan Pembinaan Bahasa, Depdikbud RI. Sebagai contoh saja, “read only memory” diterjemahkan menjadi “memori simpanan tetap di dalam buku itu. Dengan meng gunakan strategi ini penerjemah bisa memperoleh dua keuntungan. Pertama, ia bisa menyingkat waktu, dan ke dua, ia bisa ikut serta memberi arah perkembangan bahasa Indonesia pada jalur yang benar.
6. Penyusutan dan Perluasan
Penyusutan artinya penyusutan komponen kata Bsu. Contohnya adalah penerjemahan kata “automobile” men jadi “mobil”. Di sini elemen kata “auto” dihilangkan. Jadi kata “automobile” mengalami penyusutan.
Perluasan adalah lawan penyusutan. Di sini unsur kata diperluas di dalam BSa. Contohnya adalah penerje mahan “whale” menjadi “ikan paus”. Di dalam contoh ini elemen “ikan” ditambahkan karena kalau diterjemahkan. menjadi “paus” saja kurang baik. Di dalam bahasa Indone sia “Paus” berarti pemimpin umat Katholik sedunia, atau “the Pope” di dalam bahasa Inggris.
7. Penambahan
Berbeda dengan penambahan pada strategi struk tural, penambahan ini dilakukan karena pertimbangan ke jelasan makna. Di sini penerjemah memasukkan informasi tambahan di dalam teks terjemahannya, karena ia berpen dapat bahwa pembaca memang memerlukannya. Infor masi tambahan ini bisa diletakkan di dalam teks, di bagian bawah halaman (berupa catatan kaki) atau di bagian akhir dari teks (Newmark, 1988: 91-92)
8. Penghapusan (Omission atau Deletion)
Penghapusan berarti penghapusan kata atau bagian teks Bsu di dalam teks BSa. Dengan kata lain, penghapusan berarti tidak diterjemahkannya kata atau bagian teks Bsu di dalam teks BSa. Pertimbangannya adalah kata atau bagian teks Bsu tersebut tidak begitu penting bagi keseluruhan teks BSa dan biasanya agak sulit untuk diter jemahkan. Jadi, mungkin penerjemah berpikir, daripada harus menerjemahkan kata atau bagian teks Bsu itu dengan konsekuensi pembaca BSa agak bingung, maka lebih baik bagi penerjemah untuk menghilangkan saja bagian itu ka rena perbedaan maknanya tidak signifikan. Perhatikan contoh berikut.
Bsu: “Sama dengan raden ayu ibunya, “katanya lirih. (BBM: 11)
BSa” “Just like her mother,” she whispered
9. Modulasi
Modulasi adalah strategi untuk menerjemahkan frase. klausa, atau kalimat. Di sini penerjemah memandang pesan dalam kalimat Bsu dari sudut yang berbeda atau cara berpikir yang berbeda (Newmark, 1988:88). Strategi ini digunakan jika penerjemahan kata-kata dengan makna literal tidak menghasilkan terjemahan yang wajar.